TATA CARA SHALAT JENAZAH
Oleh : Enceng Iip
Syaripudin, M.A.
Shalat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah
shalat yang dilakukan umat Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah fardhu
kifayah. Adapun syarat-syarat shalat jenazah adalah sebagai berikut:
1. menutup aurat
2. suci dari hadats besar dan kecil
3. suci badan
4. suci pakaian dan tempatnya
5. menghadap kiblat
6. Mayit sudah dimandikan dan dikafani
Kemudian setelah mayit dimandikan
dan dikapani baru letakan mayit sebelah kiblat dengan posisi kepala mayit sebelah
utara dengan muka keatas orang, kecuali kalau shalat dilakukan di atas kubur
atau shalat gaib.
A. Rukun dan Cara Mengerjakan Shalat Jenazah
Shalat jenazah tidak disertai dengan rukuk dan sujud
tidak dengan adzan dan iqmat. Setelah berdiri sebagaimana mestinya, maka:
1. Niat
melakukan shalat mayit dengan 4 kali takbir.
Niatnya: (untuk mayit laki-laki)
Ushallii alaa hadzal mayyiti arba’a takbiiraatin
fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’alaa.
Artinya:
Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu
kifayah karena Allah.
Catatan: Posisi Imam sebelah Kepala mayit agak
berdekatan dengan mayit.
Niat (untuk mayit perempuan)
Ushallii alaa haadzihil mayyiti arba’a takbiiraatin
fardhal kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aalaa.
Catatan: Posisi Imam sebelah Pusar mayit agak
berdekatan dengan mayit.
2. Takbir Pertama
Setelah takbiratul ihram, yakni setelah mengucapkan
“Allahu akbar” sambil meletakan tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut
(sidakep), kemudian membaca Al-Fatihah, setelah membaca Al-Fatihah lalu takbir
“Allahu akbar”
3. Setelah takbir kedua, lalu membaca shalawat:
Allahumma shalli ‘alaa Muhammad
Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad”
Lebih sempurna lagi jika membaca shalawat sebagai
berikut seperti shalawat dalam Tasyahud dalam shalat:
Allahumma shalli ‘alaa Sayyidina Muhammadin wa’alaa
aali sayyidina Muhammadin. Kamaa shallaita ‘alaa Sayyidina Ibrahim wa ‘allaa
aali sayyidina Ibrahim. Wa baarik ‘alaa sayyidina
Muhammadin wa ‘alaa aalii sayyidina Muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa sayyidina Ibrahim
wa ‘alaa aali sayyidina Ibrahim fil-‘aalamiina innaka hamiidummajid.
Artinya:
“Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad dan
atas keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim
dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad dan para
keluarganya, sebagaimana Tuhan pernah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan
para keluarganya. DI seluruh ala mini Tuhanlah yang terpuji Yang Maha Mulia.”
4. Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:
Allahummaghfir lahuu warhamhu wa’aafihii wa’fu’anhu.
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dab
sejahtera, maafkanlah dia.”
Lebih sempurna lagi jika membaca doa:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ
وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ
مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ
مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ
الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ
وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا
مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ
وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ
زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ
وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّار
Allahummaghfir lahu (lahaa) warhamhu (haa) wa’aafihii
(haa) wa’fu ‘anhu (haa) wa akrim nuzulahu (haa) wawassa’madkhalahu (haa)
waghsilhu (haa) bil-maa’I watstsalji wal-baradi wanaqqihi (haa)
minal-khathaayaa kamaa yu-naqqatats-tsaubul-abyadhu minad-danasi waabdilhu
(haa) daaran khairan min daarihi (haa) wa ahlan khairan min ahlihi (haa) wa
zaujan khairan min zaujihi (haa) wa adkhilhul jannata wa a’iduhu min ‘adabil
qabri wa ‘adabin nar
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia,
sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahannya, hormatilah kedatangannya,
dan luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun.
Bersihkanlah ia dari segala dosa sebagaimana kain putih yang bersih dari segala
kotoran, dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya yang
dahulu, dan gantikanlah baginya ahli keluarga yang lebih baik daripada ahli
keluarganya yang dahulu, dan peliharalah ia dari siksa kubur dan azab api
neraka.”
(HR. Muslim)
Keterangan:
Jika mayit perempuan kata lahu menjadi lahaa.
Jika mayit
anak-anak doanya adalah:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًَا
لِاَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا
وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيْعًا
وَ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا
وَاَفْرِغِ الصَّبْرَعَلىٰ
قُلُوْبِهِمَا وَلاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهُ
وَلاَ تَحْرِ مْهُمَا اَجْرَهُ
Allahummaj’alhu
faratan li abawaihi wa salafan wa dzukhro
wa’idhotaw
wa’tibaaraw wa syafii’an wa tsaqqil bihii mawaa ziinahuma
wa-afri-ghish-shabra
‘alaa quluu bihimaa wa laa taf-tin-humaa ba’dahu
wa laa tahrim
humaa ajrahu
Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan
bagi ayah bundanya dan sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi
pengajaran ibarat serta syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan
ibu-bapaknya karenanya, serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya.
Dan janganlah menjadikan fitnah bagi ayah bundanya sepeninggalnya, dan
janganlah Tuhan menghalangi pahala kepada dua orang tuanya.”
5. Selesai takbir keempat, lalu membaca:
اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْناَ أَجْرَهُ
وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَناَ وَلَهُ
Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa
ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.
Artinya:
“Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai
kepada kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah
Engkau member kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
6. Kemudian setelah salam membaca:
As-sallamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh.
Artinya:
“Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu
sekalian.”
B. Keutamaan dilakukannya Shalat Jenazah
Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu
disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang siapa menghadirinya
sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Ada yang
bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama dengan dua
gunung yang besar.” (HR Abu Hurairah)
Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan
satu qirath. Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath.
Satu qirath sama dengan gunung Uhud.” (HR Tsauban)
Afwan kalau ada yang salah mohon koreksinya semoga
bermanfaat. Salam Muslim “Hikmatussudur”